Keagungan Akhlak dan Budi Pekerti Sayyid Muhammad al-Maliki

As-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki adalah manusia yang dianugerahi oleh Allah akhlak yang mulia dan budi pekerti yang luhur. Mewarisi akhlak kakeknya yang paling agung nabi Muhammad SAW.

Dari setiap segi kehidupan beliau layak untuk dijadikan uswatun hasanah (teladan yang baik). Beliau sangat respon terhadap sesuatu yang terjadi pada kaum muslimin, peka dalam mengikuti perkembangan yang terjadi pada mereka. Beliau lapang dada kepada siapa pun yang datang kepadanya, lemah lembut, tawadhu‟ namun tegas dan berani untuk menyuarakan kebenaran.

Ketika beliau diganggu atau disakiti, dihadapinya itu semua dengan sabar, beliau sama sekali tidak menunjukkan kepahitan dan keluh kesah. Beliau tidak pernah mempergunakan akal dan intelektualitasnya dalam amarah.

Beliau akrab dengan kalangan manapun, yang berpangkat ataupun tidak, ulama atau 'awam. Semua dilayani dan dihadapinya dengan akhlak dan adab yang baik.

Di setiap majelisnya senantiasa dihadiri banyak orang yang ingin mendapatkan setetes dari samudera ilmu yang Allah berikan kepadanya atau sekedar bertemu dan berziarah kepadanya.

Pergaulan beliau senantiasa dilandasi oleh ilmu sehingga tidak sia-sia orang yang dekat dan bergaul dengannya. Setiap orang yang duduk di majelis beliau, mereka dihormati dan dimuliakan layaknya tamu yang datang berziarah. Sebagai tuan rumah, beliau telah memuliakan tamu-tamunya sebaik mungkin, ditanya keadaan mereka bahkan yang tidak hadir pun akan ditanya olehnya, kenapa tidak hadir dan seterusnya.

Begitulah perhatian seorang guru dan murabbi (pendidik) terhadap orang-orang yang datang di majelisnya. Sehingga orang yang duduk dengan beliau merasa bahwa dia paling dicintainya.

Beliau senantiasa menyambung ikatan (silaturrahmi) dengan orang yang dicintainya, sahabat dan kenalannya. Beliau tidak jarang mengirimkan kepada mereka hadiah untuk mempererat hubungan dengan mereka. Sehingga bertambah kuat kecintaan dan simpatik mereka kepada beliau.

Namun dibalik sifat beliau yang sangat lemah lembut ini, ada haibah (wibawa) yang besar di hati para pecintanya. Sehingga pada sebagian keadaan orang yang duduk bersamanya akan tertunduk hatinya karena kewibawaannya yang ada padanya.

Beliau memiliki pendirian yang kuat dan mental baja. Ketika tertimpa suatu masalah yang besar sekalipun, beliau bak sebuah gunung yang kokoh tak tergoyahkan. Bahkan nyaris tidak tampak pengaruh atau perubahan dari lahiriah beliau atas apa yang menimpanya itu.

Beliau adalah sosok ulama yang mau menerima perbedaan tetapi tetap mengutamakan kebenaran. Ketika ada cacian atau hujatan dari orang tertentu kemudian orang itu insaf (sadar) dan meminta maaf kepadanya, maka dengan lapang dada beliau akan memaafkannya.

Hidupnya penuh dengan amar ma'ruf nahi mungkar dalam lisan maupun tulisan. Berpaling dari orang-orang jahil adalah sifat beliau sebagaimana Allah mengajarkan kepada Rosul-Nya dalam Al-Qur‟an:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al
A'raaf: 199)

Beliau dikenal sebagai figur yang sangat tawadlu', bijaksana, dan tidak ghuluw (radikal-ekstrem). Beliau bersedia dan selalu siap bila diajak berdiskusi. Beliau bukan figur yang mencerca atau marah kepada orang yang berbeda pendapat dengannya. Namun sikap tegas dan wibawa sudah menjadi bagian dari kakarter hidupnya. Maka tak heran, semasa hidupnya, beliau adalah otoritas yang paling dihormati oleh kalangan Ahlussunnah Wal Jama'ah.

Beliau senantiasa menghormati para ulama yang telah wafat mendahuluinya. Abuya selalu mengenang guru-gugunya, yang telah berjasa dan membentuk karakter pribadi beliau, baik para guru beliau sendiri, maupun para sahabat ayah beliau.

Di antara faktor yang menjadikan beliau mudah diterima oleh masyarakat adalah kelembutan bicara dan akhlaknya, terutama kepada orang yang membutuhkan bantuan kepadanya.

Beliau dikenal sebagai pribadi yang amat luhur budi pakertinya, lemah lembut, sopan dan santun, serta ramah terhadap siapa pun. Rumah beliau tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan.

Tidak ada komentar untuk "Keagungan Akhlak dan Budi Pekerti Sayyid Muhammad al-Maliki"